Memahami dari hati ke hati




Sudah lama saya baca buku ‘7 Habits of highly Efective People’ karangan Stephen Covey.

Anehnya selama ini saya belum sama sekali mempraktekkan apa yang dibahas di buku itu, kebiasaan – kebiasaan yang berasal dari manusia paling efektif justru sudah terbukti adanya, baru 2 hari yang lalu tepatnya tgl 28 maret 2018 saya menemukan insight yang sangat menyentuh hati ketika dihadapi masalah perselisihan dengan saudara.

Hati memang tidak karuan kalau sedang ada masalah, rasanya dada nyesek, selalu ingin marah – marah, meski sebabnya sangat sepele, dampaknya saya mengalami pusing seharian karena persoalan sepele dengan saudara terbawa meski sedang bekerja.

Tapi... 

Untungnya saya diarahkan dengan konsep buku 7 habits, saya teringat ada kebiasaan ke 5 tentang “berusaha mengerti terlebih dahulu barulah dimengerti”.

Asli ini jleb banget, artinya kita tidak bisa dimengerti oleh orang lain kalau kita sendiri tidak berusaha untuk mengerti dia dahulu, memang sulit menerapkan kebiasaan ke 5 bisa dibilang tidak mudah dilakukan.

Kenapa tidak mudah dilakukan? 

Karena saya langsung meloncat ke kebiasaan 5 tidak melewati kebiasaan 1 sampai 4 dulu, padahal kalaulah saya memulai dari kebiasaan pertama tidaklah sulit untuk menjalankan kebiasaan kelima dan seterusnya.

Saya baca kembali ringkasan buku 7 habits, tentang kebiasaan pertama yaitu Proaktif, terlihat sederhana tapi dalam sekali maknanya, proaktif adalah diri kitalah yang menjadi sebab perubahan yang ingin kita lakukan, selalu diawali dari diri sendiri, bukan orang lain yang kita harap berubah pada awalnya dengan memahami perubahan diawali dari diri sendiri, kita memiliki kontrol penuh untuk memahami diri sendiri.

Barulah lanjut ke kebiasaan kedua ‘Mulailah dengan yang akhir dipikiran’, sebelum bertindak kita harus jelas apa akhir dari tindakan yang kita lakukan, jangan sampai bekerja cuma asal kerja, tidak ada gairah, tidak ada semangat, tidak ada makna, menjalani kebiasaan kedua ini sebenarnya diri kita sudah mulai efektif, sehingga saat melanjutkan ke kebiasasan ketiga sampai ketujuh, kita menjadi manusia paling efektif.

Akhirnya dengan memahami kebiasaan yang efektif maka kita pun jadi efektif, lalu saya terapkan dengan permasalahan saya dengan saudara.

  • Saya meyakini sayalah yang bertanggung jawab merespon sikap yang tidak enak dari saudara saya.
  • Sayalah yang harus berubah terlebih dahulu sebelum saya merubah sikap orang lain.
  • Sayalah yang harus introspeksi dirI 

Mana prioritas utama saya, apakah saya masih menyimpan benci dan dengki yang akhirnya hanya menyesakkan dada atau malah melapaskan itu semua agar tubuh dan pikiran saya sehat dan segar.

Saya berharap tentang hubungan yang kembali baik, itulah akhir yang saya inginkan, mendahulukan perubahan sikap dari diri saya sendiri lalu saya mulai memahami dia sebagai saudara yang belum paham tentang etika, saya pahami kesalahan dia, sampai disini perasaan saya mulai tenang, damai dan terasa sejuk didada.

Alhasil..

..dengan perasaan yang enak, maka hasilnya pun enak, hubungan saya dengan saudara mulai membaik dan semua itu kunci masalahnya hanya ada di pikiran saya yakni asumsi pribadi atau paradigma (sudut pandang)

Saya melihat masalah begitu besar karena saya fokus pada masalah bukan pada hasil yang ingin dicapai, saya akan terus mempraktekkan 7 Habits untuk aktivitas saya sehari – hari, mudah – mudahan mampu mengefektifkan sistem diperusahaan tempat saya bekerja dan berkarya.



Komentar